Cari Blog Ini

Minggu, 12 Desember 2010

Durian Jepara Rajanya Durian Dunia


Gb.1 Durian Petruk

Durian Jepara Rajanya Durian Dunia! Jepara memang identik dengan varietas durian jenis Petruk. Varietas lokal ini merupakan salah satu varietas unggulan. Ciri-ciri durian Petruk adalah rasanya yang manis, baunya yang menyengat mantab, daging buahnya tebal, dan bijinya yang kecil juga daging buahnya yang tidak lembek. Jadi kalau anda berkunjung ke Jepara jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi lezat buah berduri nan manis ini. 

Salah satu artikel di Majalah Trubus menyebutkan bahwa Lomba Durian Enak telah digelar di Kota Ukir sejak 22 tahun yang lalu, tercatat 16 kali sang raja buah diadu. Buah yang memiliki nama latin Durio zibethinus ini memang selalu dinanti para penggemarnya. Berikut ini adalah beberapa potongan artikel tersebut:

"Kota Jepara memang gudangnya durian enak. Tengok saja hitung-hitungan ini. Setiap lomba minimal menghasilkan 3 pemenang. Artinya, dari 16 kali kontes diperoleh 48 durian lezat. Angka itu hampir setara dengan jumlah durian varietas unggul nasional yang dilepas sejak 23 tahun silam. Dari jumlah itu petruk paling terkenal. Daging buah kuning, tebal, dan berbiji kecil. Namun, pohon petruk mati tak lama setelah dilepas sebagai varietas unggul nasional. Pohon meranggas karena entres yang diambil untuk perbanyakan terlalu banyak.

Untuk menggantikannya, 'Ada 3 jenis yang bakal dirilis sebagai simbol Jepara,' kata Ir Tri Handana T, kepala seksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan, Jepara. Ketiganya, sukarman, sutriman, dan subandi. Yang disebut pertama kering, legit, dan pulen. Pun sutriman dan subandi. Selain manis keduanya lembut.

Saking banyaknya durian top di Jepara banyak mania luar kota berburu ke sana. Sebut saja Chandra Gunawan dan Ricky Hadimulyo. Keduanya rela terbang dari Jakarta pada penghujung Desember 2006 demi mencicipi durian jepara. 'Yang tidak juara saja rasanya enak. Apalagi yang jawara, sulit diungkap dengan kata-kata,' kata Chandra. Ia menyebut tarmin alias sutarmin sebagai durian terenak yang pernah dicicip. Durian tarmin kuning, kering, dan tebal. Bila dicicip rasa manis tak hilang selama 15-30 menit.

Pendapat H Suyono Alwi, hobiis durian yang kerap menjadi juri lain lagi. 'Di antara para juara, yang paling pulen, legit, dan enak durian karman atau sukarman,' katanya. Konon durian itu sangat kering sehingga bila dimasukkan ke dalam saku tak melekat. Namun, bila dicecap lidah, rasa manis dan legitnya lengket dan tak gampang hilang.

Kelezatan karman membuat Trubus rela menembus hujan lebat ke Desa Bawu, Kecamatan Batealit, Jepara, pada penghujung Desember 2006. Letaknya sekitar 12 km ke arah timur dari pusat kota. Di sana pohon durian setinggi 25 m tumbuh di belakang rumah Sukarman, sang pemilik. Lingkar batang mencapai 2 pelukan orang dewasa. Toh, cabang paling bawah yang mendatar masih bisa disentuh karena tinggi hanya 1,5 m. Empat durian karman yang berlekuk-lekuk tampak bergelayutan. Sayang, buah belum matang sehingga tak bisa dicicipi.

Menurut Sukarman, pohon yang umurnya di atas 70 tahun itu masih produktif. Setiap tahun dipanen 150-300 buah berbobot 1-1,5 kg. Bila musim tiba Durio zibethinus itu dihargai Rp7.500-Rp20.000 per buah tergantung bobot. 'Musim lalu (2005, red) saya dapat Rp4-juta,' ujarnya. Artinya, tahun lalu dari pohon itu minimal dipanen 200 buah. Kakek itu berjanji mengabari Trubus bila durian andalannya matang pada Januari.

Sebulan berselang Sukarman menepati janji. Melalui Nur Mualief, mania durian di Jepara, 4 buah durian karman dikirim ke redaksi. Aroma harum menguar sejak buah tiba. Kerabat lai yang berlekuk seperti belimbing pun dibelah. Benar saja, daging buah yang agak kekuningan itu kering. Rasanya, 'Legit dan pulen. Enaknya setara dengan tong medaye,' kata Evy Syariefa, juri lomba durian Trubus. Yang disebut terakhir durian terbaik dari Narmada, Nusa Tenggara Barat. Pantas Alif berani berkomentar, karman durian paling enak di seantero Jepara setelah petruk yang melegenda."



Gb. 2 Peta Jepara

dalam artikel lain pun disebutkan petualangan penggemar buah ini di Jepara memburu beberapa varietas lain yang tak kalah lezatnya:

"Keesokan harinya langit Semarang terus diguyur hujan. Jalan Kaligawe, Semarang yang merupakan jalur utama menuju Demak, Jepara, dan Kudus pun mulai terendam. Namun, perburuan ke Jepara - kabupaten yang terkenal melahirkan durian petruk - tetap dilanjutkan.Kali ini perjalanan ditemani Nur Mualief, pengusaha peralatan furniture, dan H Suyono Alwi, kepala Cabang Dinas Pertanian wilayah Pecangan, Jepara. Keduanya mania durian berat.

Alif - panggilan akrab Nur Mualief - kerap mencari informasi durian juara di Jepara, lalu berburu langsung ke pemiliknya. Buah itu tak dimakan sendiri, tapi dikirimkan ke segenap kerabat di Semarang dan Jakarta untuk menunjukkan durian jepara-lah yang paling enak. Pun Suyono, ia sering bergerilya mencari durian unggul dan mengirimkannya ke kabupaten untuk mengikuti lomba durian lokal yang setiap tahun digelar.

Dari pusat kota kami bergerak ke arah utara sejauh 6 km untuk menuju Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan. Ketika memasuki wilayah pedesaan, pohon durian tampak di kiri-kanan jalan dan di halaman rumah sederhana. Sebuah pemandangan kontras terlihat setelah perjalanan selama 10 menit.

Sebuah rumah mewah dua lantai terlihat menonjol di antara rumah-rumah sederhana. Di depan halaman patung 3 butir durian nan kokoh menyambut pelancong yang datang. Itulah kediaman Hj Gipah, penebas kondang di Jepara. Ia menguasai sekitar 300 pohon di 6 desa di sekitar Desa Kecapi.

Menurut Alif, minimal ada 6 durian andalan Hj Gipah, yakni gipah 01, gipah 02, gipah 03, pilah, karti, dan asnawi. Itu adalah durian jawara kontes se-Jepara yang dikirimkan Gipah sejak 1986 - 2005. Karti misalnya, meraih jawara 1 pada 2005. Gipah 03, ia pernah berjaya pada 1986. Trubus melihat, piagam pemenang masing-masing durian di tempel di dinding rumahnya. Ini untuk meningkatkan gengsi buah. Harganya pun terdongkrak, kata Gipah.

Segera saja 3 buah durian disodorkan. Gipah berwarna kuning mentega, berasa manis dan sedikit pahit. Bijinya berukuran sedang, tapi daging buah lumayan tebal. Pilah, legit dan lekat di tenggorokan. Kami sepakat yang paling istimewa justru yang terakhir, asnawi. Tebal, manis, dan legit. Satu juring paling berisi 2 pongge dengan biji amat kecil. Ukuran biji sebesar 1 buku kelingking orang dewasa.

Dari tempat Gipah, perburuan dilanjutkan menuju durian sumarni di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan. Letaknya sekitar 13 km ke arah selatan dari pusat kota. Menurut Suyono, bila juara yang lahir setiap tahun diadu, maka besar kemungkinan sumarni yang menang. Teksturnya lembut dan tak berserat. Rasanya sangat khas, kombinasi manis, legit, dan pulen, kata Suyono. Lagi-lagi kami beruntung karena seorang pemanjat tetap bersedia mengambil buah walau angin kencang dan gerimis menghadang. Saat dibelah, kata-kata Suyono terbukti. Durian itu paling enak selama perburuan kami di Jepara. Durian di Pasar Ngabul - pasar durian di Jepara - pun tak ada yang mampu menandinginya."



Gb.3 Tugu durian yang menandai Pasar Ngabul

Soto dan Bakso Bu Iyah Bugel Jepara

Nikmatnya Soto dan Bakso Bu Iyah Bugel Jepara





Bagi penikmat kuliner khususnya Soto dan Bakso dikawasan desa Bugel kecamatan Kedung Kabupaten Jepara tidak akan asing akan Soto dan Bakso “Penthol” milik ibu Iyah. Di dalam warung yang sederhana berukuran 3 X 4 meter setiap harinya ibu iyah , suami dan adiknya setia melayani ratusan pelanggan dari berbagai kalangan, ada pegawai negeri, tukang kayu, salesman , sopir dan pegawai swasta menjadi pelanggan utamanya. Oleh karena itu jika kita datang pada waktu istirahat makan siang , kita tidak bisa langsung masuk saking banyaknya pengunjung. Namun harus menunggu beberapa saat , agar satu persatu pelanggan keluar sehabis menikmati hidangan soto dan bakso.
Jika dilihat sekilas warung soto dan Bakso ini tidak jauh berbeda dengan lainnya , selain bentuknya sederhana dengan jendela kaca dan tulisan seadanya juga tidak ada banner atau spanduk seperti layaknya promosi warung yang marak saat ini. Meskipun begitu warung Soto dan Bakso ibu Iyah ini tidak kehilangan pelanggan , justru setiap waktu pelanggannya makin bertambah . Hal ini disebabkan promosi gencar dilakukan justru dari pelanggan itu sendiri , satu pelanggan akan mengajak temannya setelah menikmati kelezatan dan murahnya Soto atau Bakso Ibu Iyah. Bahkan kadang-kadang satu pelanggan membawa temannya 5 – 10 orang untuk mencoba menikmati hidangan dari Warung Ibu Iyah , sehingga sering warung ibu Iyah ini dijadikan ajang reuni sesama teman.
“ Yah beginilah keadaan warung saya mas sederhana banget, meskipun begitu setiap hari kami kewalahan melayani pelanggan , utamanya pas jam makan tiba banyak pelanggan orang kantoran yang makan siang disini , misalnya pegawai kecamatan , perangkat desa , dan juga pegawai puskesmas . Selain itu tukang kayu, sopir dan sales juga sering makan disini “ , ujar Ibu Iyah pada Muin reporter For-Mass.blogspot.com yang mewawancarainya.
Pada For-Mass Ibu Iyah menuturkan, usaha warung Soto dan Bakso ini dirintisnya pada tahun 1995 dia bersama suaminya mempersiapakan keperluan warung seperti belanja , meracik bumbu, membuat pentol bakso ia tangani sendiri . Agar rasa masakan tidak berubah maka ketika menyajikannyapun ia lakukan sendiri bersama suaminya , karena pernah sekali dilakukan oleh orang lain rasanya menurut pelanggan kurang pas . Sehingga jika kebetulan ada halangan dia tidak buka maka warungnyapun tidak buka karena tidak ada yang memasak dan menyajikannya , itu semua ia lakukan demi kepuasan pelanggan .
Menu utama dari warung ibu Iyah ini adalah Soto dan Bakso , Soto seharga Rp 5.000,- ini berdaging ayam yang empuk , kuahnya cukup lezat dan juga nasi putih yang gurih cocok untuk makan siang . Bakso pun seharga Rp 5.000,- setiap mangkoknya , dengan kuah bumbu yang gurih , pentol bakso yang cukup besar dan lezat ditambah soun membuat lidah bergoyang-goyang keenakan. Selain rasanya lezat harganya cukup murah , karena porsi di warung ini isinya lebih banyak dibandingkan dengan warung lainnya. Selain Soto dan Bakso warung ini juga menghidangkan sate kikil yang mak nyos rasanya dan juga Sate paru yang juga tidak kalah lezatnya , harganyapun cukup murah yaitu Rp 1.000,- - Rp 1.500,- setiap tusuknya. Untuk minuman pun beragam , ada teh panas, teh dingin, es jeruk dan minuman lainnya juga tinggal minta. Karena kemurahannya itulah warung ini makin lama makin banyak pengunjungnya, tidak saja warga setempat tetapi lain kotapun ingin merasakan kelezatannya.
“ Setiap kirim barang ke daerah ini saya selalu makan siang disini, saya menjadi pelanggan disini hampir sepuluh tahun ini , selain rasanya lezat dari dulu hingga sekarang juga harganyapun merakyat. Dengan hanya Rp 20.000 saya dengan sopir dapat makan kenyang , jadi ya tidak berubah ke yang lain warung Soto dan Bakso ibu Iyah ini memang langganan kami seterusnya “, kata Andi salah seorang sales minuman pada For-Mass.Blogspot.com yang juga ikut merasakan kelezatan Soto dan Bakso ibu Iyah.
Oleh karena itu bagi pembaca semua , khusunya yang bertempat tinggal di seputaran Jepara dan sekitarnya atau sedang klinong-klinong ke kota Jepara dapat mampir ke warung ibu Iyah . Sedang lokasinya tidak jauh dari kantor kecamatan Kedung masuk gang sedikit , semua orang sekitar kantor kecamatan Kedung telah mengenal keberadaan Warung Soto dan Bakso Ibu Iyah ini. Sampai di Bugel tidak mencoba rugi banget, selain cita rasanya yang lezat , juga sate kikilnya yang ngangeni , selamat mencoba ya 

Minggu, 31 Oktober 2010

PANTAI BANDENGAN JEPARA


Pantai Tirto Samudro atau yang dikenal oleh masyarakat umum dengan sebutan Pantai Bandengan terletak 7 km sebelah utara dari pusat kota. Pantai yang airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi . tak jarang para wisatawan yang datang ke obyek ini sengaja melakukan mandi laut. Umumnya mereka anak-anak, remaja dan para wisatawan manca Negara. Biasanya saat yang paling disukai adalah pada waktu pagi hari dan di saat sore menjelang senja dimana akan tampak panorama sunset yang memukau.
 
Di lokasi ini pula kita dapat bersantai ria dan duduk duduk di atas shelter sambil menikmati semilir angin pantai serta udara yang masih alami (tanpa polusi). Kawasan obyek wisata yang lahannya cukup luas (+ 16 hektar) dan sebagian besar ditumbuhi rerimbunan pohon-pohon pandan ini memang cocok untuk kegiatan remaja seperti berkemah, volley pantai, sepeda santai atau kegiatan-kegiatan serupa lainnya. Selain itu pula di dalam area obyek wisata ini sering digunakan sebagai ajang moto cross dan festival layang-layang baik regional, nasional maupun internasional. Obyek wisata ini dapat di jangkau dengan mudah oleh kendaraaan umum, sebab sudah tersedia prasarana jalan beraspal yang cukup memadai dan ada angkutan kota yang langsung menuju lokasi. Apalagi sekarang sudah dibangun jalan tembus melalui kompleks stadion Gelora Bumi Kartini sehingga jarak tempuhnya semakin dekat.
Selain menikmati keindahan pantai, pengunjung dapat beraktivitas di laut dengan bermain jetski, banana boat, kano, dan berenang memakai ban, atau naik kapal wisata berkapasitas 30 orang berkeliling di laut Jawa atau menuju Pulau Panjang. Aktivitas di tepi pantai diantaranya membuat istana pasir dan berpetualang dengan kendaraan ATV. Bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kawasan Obyek Wisata Pantai Bandengan dapat berkeliling dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kereta wisata. Setelah lelah beraktivitas, pengunjung dapat menikmati makanan khas pantai yaitu makanan laut berbahan baku ikan, udang, cumi-cumi, kerang, dan kepiting / rajungan, termasuk masakan khas Jepara yaitu "Pindang Serani". Semua masakan tersebut dapat dijumpai di rumah makan yang ada di dalam obyek wisata maupun di sekitar kota Jepara, termasuk menu pelengkap lainnya berupa makanan dan minuman ringan.

Menurut catatan sejarah, pantai Bandengan ternyata masih terkait erat dengan kehidupan Pahlawan Nasional yang juga tokoh emansipasi wanita yaitu RA Kartini. Pantai ini menyimpan banyak kenangan manis buat putri Adipati Jepara kala itu. Gadis yang lincah dengan pangilan TRINIL ini semasa kecilnya sering sekali berwisata ke pantai ini bersama Bangsawan Hindia Belanda yaitu Ny. Ovink Soer (Isteri asisten residen) bersama suaminya. Pada saat liburan pertama menjelang kenaikan kelas, mereka selalu mengajak RA Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah untuk menikmati keindahan suasana pantai. Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak yang menggapai kaki mereka. Kepada Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut. Di jawab dengan singkat �Pantai Bandengan� kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan di Holland pun ada pantai yang hampir sama dengan Pantai Bandengan, hanya ada sedikit perbedaan bahwa airnya dingin namanya SCHEVENINGEN. Secara spontan Kartini menyela ��..kalau begitu kita sebut saja Pantai Bandengan ini dengan �KLEIN SCHEVENINGEN�. Berawal dari hal di atas, maka sampai sekarang Pantai Bandengan terkenal dengan sebutan KLEIN SCHEVENINGEN (bahasa Belanda : KLEIN berarti pantai dan SCHEVENINGEN yaitu nama pantai di negeri Belanda).
Menjelang dewasa, RA Kartini sering datang ke pantai ini untuk merenung dan mencari inspirasi. Dalam keluh kesahnya yang sering disampaikan lewat surat kepada temannya, Stella di negeri Belanda, Kartini kerap kali menceritakan indahnya Pantai Bandengan ini. Selain itu Pantai Bandengan merupakan tempat yang pernah mengukir sejarah perjalanan cita-cita RA Kartini. Di sini RA Kartini dan Mr. Abendanon pernah bertemu untuk mengadakan pembicaraan empat mata berkaitan dengan permohonannya untuk belajar ke negeri Belanda, meskipun akhirnya secara resmi permohonannya kepada pemerintah Hindia Belanda ditarik kembali dan biaya yang sudah disediakan untuk RA Kartini diberikan kepada pemuda asal Sumatera yaitu Agus Salim (KH. Agus Salim alm.).
Sementara itu dikisahkan bahwa obyek wisata Pantai Bandengan memiliki keterkaitan dengan legenda asal usul Kepulauan Karimunjawa. Dalam legenda disebutkan bahwa karena terdorong rasa prihatin akan perilaku anaknya yang nakal/bandel, maka Sunan Muria memerintahkan puteranya yaitu Amir Hasan pergi ke utara menuju sebuah pulau yang nampak �kremun-kremun� dari puncak Gunung Muria. Kepergian ini dengan tujuan untuk memperdalam sekaligus mengembangkan ilmu agama. Kelak pulau yang dituju itu dinamakan Pulau Karimunjawa. Dalam perjalanan itu sampailah Amir Hasan di pantai yang banyak terdapat paya-paya dan ikan bandeng. Sampai sekarang tempat ini dinamakan Desa Bandengan dan pantai yang terletak di desa itu disebut pula Pantai Bandengan.
HTM :
Senin - Jumat:
-Dewasa: Rp 2.000,-
-anak-anak : Rp 1.500,-
Sabtu, Minggu, & Hari libur lainnya :
-Dewasa: Rp 2.500,-
-anak-anak: Rp 2.000,-
Sewa kano :
kecil ( Kapasitas 1 0rang ) Rp. 10.000 Max 2 Jam
Besar ( Kapasitas 3 orang ) Rp. 20.000 Max 2 Jam
Sewa Jetski ( Kapasitas 2 orang ) Rp. 120.000 / 15 Menit
Banana boat Rp. 30.000/orang
Kecil ( Kapasitas 5 orang)
Besar (Kapasitas 10 orang )
ATV Mini Rp. 20.000 / 30 Menit
Kereta wisata : Rp 3.000
Perahu wisata Pulau panjang : Rp 10.000
Prkir :
1.Bus Besar/Truk : Rp 12.500,-
2.Minibus : Rp 5.500,-
3.Sedan/Sejenis : Rp 3.000,-
4. Sepeda Motor : Rp 1.000

Lihat pantai bandengan_facilities

PANTAI BANDENGAN JEPARA

Sejarah Pantai Bandengan

Menurut kisah turun temurun, nama Pantai Bandengan pertama kali diberikan oleh putra Sunan Muria yaitu Amir Hasan saat akan berpergian mengembangkan ilmu agama ke Kepulauan Karimunjawa. Ketika sampai di pantai ini, mereka menemukan banyak Ikan Bandeng sehingga wilayah itu dinamakan Desa Bandengan. Pantai yang ada di desa tersebut akhirnya dinamakan Pantai Bandengan.
Di pantai ini juga menjadi tempat favorit Pahlawan Nasional yang memulai emansipasi wanita yaitu R.A. Kartini yang merupakan putri Bupati Jepara pada saat itu. R.A. Kartini sering berwisata ke pantai ini bersama para bangsawan Belanda pada masa itu.

Pantai Pasir Putih yang Rimbun

Anda dapat menikmati panorama pantai yang jernih dan berpasir putih. Selain itu, Anda juga dapat menikmati rimbunnya pepohonan pandan atau pohon perdu di sepanjang pesisir Pantai Bandengan Jepara atau yang dikenal juga sebagai Pantai Tirta Samudera. Pantai Bandengan memiliki struktur pantai yang landai dan air yang jernih dan bersih. Karena itu pantai ini cocok untuk menjadi tempat wisata pantai seperti berenang, bermain voli pantai, berperahu, atau sekadar bersepeda di pinggir pantai.
Selain itu, kondisi pantai utara Jawa relatif tenang membuat pantai ini relatif aman untuk menikmati permainan di pinggir laut maupun berenang. Bahkan pada saat Anda mencelupkan diri ke air laut yang bening, Anda dapat melihat ikan-ikan kecil sedang berlarian di dasar air laut.
Pantai Bandengan sering dikunjungi karena suasana alamnya yang unik. Anda dapat menemukan suasana pantai pasir putih yang luas. Kemudian Anda juga dapat menikmati keindahan air laut yang jernih. Serta yang menarik adalah hamparan pepohonan yang rimbun dan hijau di sekitar pantai. Tentu ini membuat suasana di Pantai Bandengan begitu sejuk dan nyaman. Keindahan pantai di sini mampu menyaingi keindahan pantai di Bali.
Anda juga dapat mengunjungi pulau di tengah laut dari Pantai Bandengan. Pulau yang dapat Anda kunjungi dari sini yaitu Pulau Panjang. Di pulau ini Anda dapat menyaksikan kekayaan alam yang indah yaitu flora dan fauna yang menarik. Anda dapat mengunjungi pulau ini dengan biaya yang relatif murah. Anda juga dapat berkeliling pantai dengan menyewa perahu atau kapal yang siap mengajak Anda berkeliling pantai sambil menikmati keindahan alam di Pantai Bandengan.

Sunset di Pantai Bandengan Jepara

Pantai Tirta SamuderaSeusai menikmati berbagai permainan yang menyenangkan di Pantai Bandengan hingga menjelang senja, tibalah saatnya Anda menikmati pertunjukkan yang memukau di pantai ini. Ini adalah pertunjukkan alam yang menakjubkan, yaitu proses terbenamnya matahari atau sunset. Anda dapat mengagumi keindahan matahari saat menuju perhentiannya di senja hari. Pantulan cahaya matahari yang meredup terlihat di air laut dengan ombak yang tenang di Pantai Bandengan ini. Momen seperti ini sering diabadikan oleh para fotografer yang kebetulan mampir di Pantai Bandengan Jepara.
Anda juga dapat menikmati panorama matahari terbenam atau sunset ini sambil menikmati makanan yang disajikan di restoran yang ada di bibir Pantai Bandengan. Salah satu restoran yang cukup terkenal di pantai ini adalah Sunset Beach Restaurant yang didirikan oleh warga negara Italia yang memiliki istri penduduk setempat. Restoran ini sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Anda dapat menikmati pizza yang merupakan makanan khas Italia, seafood maupun masakan Indonesia sambil menikmati keindahan panorama sunset dan mendengar deburan ombak di pinggir pantai. Jika Anda makan di salah satu restoran di Pantai Bandengan, maka Anda dapat masuk secara gratis ke obyek wisata Pantai Bandengan.
Jika Anda lelah dan ingin beristirahat, di Pantai Bandengan juga ditawarkan vila atau tempat penginapan yang bisa disewa. Setelah beristirahat malam hari, pada pagi hari Anda juga dapat menikmati sajian panorama matahari terbit di Pantai Bandengan.
Obyek wisata Pantai Bandengan tidak sulit untuk dikunjungi. Pemerintah Kabupaten Jepara telah menyediakan fasilitas jalan yang baik serta transportasi yang mudah menuju obyek wisata Pantai Bandengan. Jadi, jika Anda sedang berada di Jawa Tengah, tidak ada salahnya Anda mampir ke Jepara. Sambil melihat keindahan ukiran khas Jepara, Anda juga dapat mampir ke obyek wisata andalan Kabupaten Jepara yaitu Pantai Bandengan atau yang juga dikenal sebagai Pantai Tirta Samudera.

Pantai Bandengan Jepara

Pantai Tirta Samudera
(Sekitar 7 km di utara pusat kota Jepara)
Kabupaten Jepara
Jawa Tengah
Indonesia

WISATA KULINER JEPARA

Makanan Khas Jepara

  • Adon-adon Coro = minuman jahe santan dengan irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat.
  • Es Gempol = minuman santan dan gempol (bola dari tepung beras), biasa disajikan manis, asin, hangat ataupun dingin.
  • Es Pleret = minuman santan dan pleret (tepung beras yang dimakan sedikit kenyal) hampir mirip dengan gempol.
  • Dawet Jepara (Es Cendhol / Cendol) = terbuat dari bahan-bahan tepung sagu, gula merah asli, santan kelapa.
  • Rondo Royal = tape goreng yang dibungkus tepung.
  •  Klenyem = ketela parut goreng isi gula merah.
  • Kenyol = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi gula merah, cara masak dikukus.
  • Nogosari = tepung dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus.
  • Moto Belong = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus, dan disajikan dengan cara dipotong-potong agak miring menyerupai bola mata dan dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.
  • Poci = tepung dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibentuk kerucut diisi campuran kelapa parut dan gula merah.
  • Kuluban = urap-urap dengan nangka muda, kacang panjang dan daun mudanya, tauge mentah, dan buah petai, disajikan mentahan.
  • Pecel Ikan Laut Panggang = ikan laut bakar dengan bumbu sambal santan kelapa.
  • Horok-horok = makanan yang sangat langka dan hanya ditemukan di jepara ini dibuat dengan bahan baku sagu. dengan cara pembuatan yang cukup aneh yaitu menggunakan sisir rambut. bentuknya seperti busa sterofom yang kenyal dengan rasa sedikit asin. biasanya dimakan sebagai campuran bakso,gado-gado, ataupun lainnya.
  • Bontosan = adonan krupuk ikan tenggiri dalam bentuk gelondongan dan sudah dikukus.
  • Sate Udang.
  • Terasi Jepara.
  • Durian Petruk.
  • Gereh Iwak Teri = Ikan teri yang dijadikan semacam ikan asin, kebanyakan dari pulau karimunjawa.
  • Latuh/Lato = sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.

ASAL USUL NAMA STADION "KAMAL JUNAIDI" JEPARA

Agustus 1973, di Salatiga digelar partai puncak perebutan Piala Makutarama. Dua tim bertetangga dari daerah pesisir utara Pulau Jawa, Persijap Jepara dan Persipa Pati berjuang mati-matian untuk menjadi juara.

Langit cerah, dan tak ada pertanda hujan akan turun saat wasit Dardiri asal Salatiga meniup peluit isyarat kick off babak pertama dimulai. Di babak pertama, Kamal Djunaidi, seorang striker muda Persijap menunjukkan kelasnya sebagai ujung tombak tim. Gerakannya lincah, agresif, dan variatif. Suatu saat di babak pertama itu, tendangannya menggetarkan jala lawan, dan kedudukan tetap 1-0 hingga 45 menit pertama berakhir.


Ketika kaki Syarief KS, kapten tim Persijap, menggelindingkan bola kick off babak kedua, langit gelap oleh mendung yang menggelayut. Suara halilintar datang bertubi, memekakkan ribuan pasang telinga yang memadati stadion. Saat itulah, di lapangan terlihat api berkobar.


Hampir semua pemain tergeletak, termasuk wasit Dardiri. Syarif KS masih berdiri terpaku, tak mafhum apa yang baru saja terjadi. Tubuh Kamal Djunaidi yang semula lincah terlihat mengepulkan asap. Kaus kaki, sepatu, dan celananya terkoyak api. Tujuh anggota skuad Persijap lainnya luka bakar parah. Hanya Kamal Djunaidi, pemuda asal Kelurahan Panggang yang meninggal di tengah lapangan. Api halilintar itu mengakhiri kariernya di tim yang sangat dicintainya.


Tapi, hembusan nafas terakhirnya menorehkan prestasi gemilang. Kedudukan 1-0 itu membuat Persijap berhak memboyong Piala Makutarama. Nama Kamal Djunaidi kemudian diabadikan menjadi nama stadion untuk mengenang pengorbanan, spirit, sekaligus prestasi yang pernah diukir pahlawan bola bagi masyarakat Jepara tersebut.

Jumat, 29 Oktober 2010

macam furniture jepara

asal usul jepara jadi kota ukir

Menurut Legenda

Dikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik dan mempesona.

Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah laying-layang yang setelah sampai di angkasa diputus talinya.

Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di dekat kota Jepara.

Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya. 

Menurut Sejarah

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.